Selasa, 27 November 2012

Belajar Sampai ke Negeri Belanda

PENGANTAR: Pertengahan bulan November 2012, wartawan Sriwijaya Post, diundang menyertai Walikota Palembang Eddy Santana Putra ke Belanda. Di Gedung World Trade Center Rotterdam, walikota menjadi keynote speaker forum sungai (Ruimte voor de River) pada Konferensi Internasional Flood-Risk Management 2012. Seusai konferensi, perjalanan diteruskan ke Paris (Prancis) dan kota Barcelona (Spanyol), berikut laporan perjalannya.
Walikota Eddy Santana menyusuri Kanal Amsterdam
ANGIN pagi akhir musim gugur, di Kota Amsterdam, menusuk hingga ke tulang. Empat lapis pakaian termasuk jaket tebal, terasa tak mampu menahan bekapan udara ke sekujur tubuh yang menyusup dari kaki, jemari tangan dan bagian kepala yang terbuka.

Pukul delapan lewat, matahari tak terlihat. Suhu udara tercatat berkisar nol derajat. Bahkan mencapai minus. Sudah cukup membuat cairan dari hidung terasa meleleh tanpa bisa dicegah.
Eddy Santana Putra, walikota Palembang, seusai sarapan pagi di Hotel Apollo Museum. Pagi itu, Eddy Santana mengenakan kaus lengan panjang kasual dan scarf wol berbincang serius dengan pakar drainase dari Institute Hidraulic Engineering (IHE)-Unesco, Delf, Belanda.

Pertemuan di meja makan itu berlangsung santai. Di penghujung sarapan, mereka bergeser ke sebuah pojok dan pembicaraan serius berlangsung, Prof Chris Heizdeger, memberikan paparan sambil memberikan pola dan gambar garis untuk memperjelas rancangan untuk kajian drainase di kota Palembang.

Setelah tamu bergegas keluar lobbi hotel, sejurus Eddy Santana naik ke lantai satu. Ia menuju kamar hotel dan kurang dari lima menit kandidat calon Gubernur Sumatera Selatan ini turun kembali ke lantai dasar menggunakan lift hotel, dan melewati lobbi.

"Payo kito (mari kita) keluar, menikmati udara segar," kata Eddy Santana, dengan gerak tetap cekatan.

Penampilannya kali ini, berubah total. Dari balik jaket tebal berlapis wol di dalamnya, ia masih mengenakan kaus berwarna gelap yang dikenakan saat makan pagi beberapa menit sebelumnya. Begitupula scarf berwarna biru gelap yang dililitkan di lehernya saat makan pagi.

Bedanya, kali ini ia membawa balaclava atau topi kupluk terbuat dari bahan serat wol penahan dingin kepala. Sepintas, penampilannya tak kalah keren dibandingkan trend anak muda kalangan rapper. Begitupun gerak langkah penggemar olahraga karate ini, masih terlihat ringan pertanda tingkat kebugaran yang baik.

Ia mengajak berjalan di trotoar jalan Peter Cornelis Hoofstraat atau lebih dikenal dengan sebutan PC Hoofstraat di depan hotel. Jalan dua jalur searah yang diperkeras batu alam, terlihat begitu bersih. Batu masih berkilau karena lembab dibahasi embun sepanjang malam.

Jalan kota Amsterdam pun begitu, seperti jalan raya di Rotterdam yang dikunjungi sebelumnya. Bersih dan terkesan rapi. Walaupun perilaku pembawa kendaraan jauh dari kesan sebagai  driver yang baik dan disiplin. Tak berbeda dengan jauh pengendara sepeda yang punya jalur khusus dan searah --pengendara sepeda lah seolah menjadi penguasa jalan, karena memang memiliki jalur tersendiri di trotoar disamping jalur pejalan kaki.

Gerak bergegas dan sarung tangan kulit, ketua partai ini, terlihat mampu mengusir rasa dingin menembus pakaian tebal hingga menusuk ke dalam tubuh. Dinginnya cuaca nyaris membuat setiap tarikan napas terasan sesak.

Kali ini ia mengajak turun ke dermaga boat  wisata yang melayari kanal kota Amsterdam. Kanal yang permukaan terlihat bersih, kecuali daun yang berguguran berwarna kuning menutupi tepian sungan, tidak lebih lebar dibandingkan Sungai Sekanak di Palembang atau saluran Kali Banjir Kanal Barat di Jakarta. Konon, kali buatan ini dirancang dan dibangun pemerintahan Kolonial Belanda untuk mengatasi dan mencegah banjir di kawasan pemukiman Menteng, Jakarta Pusat --kawasan pemukiman elit di Jakarta-- yang nyaris tak pernah banjir.

Pencahayaan alami, pendaran sinah matahari dari timur terhalang kabut memudahkan pemotretan tanpa khawatir terkena back light (melawan cahaya dari belakang). Eddy Santana tak terusik dengan arah bidikan kamera Nikon D7000 yang di-setting manual.

Beberapa kali ia meminta dipotret dengan latar kanal dan bangunan khas dengan dinding batubata merah, yang memberi kesan klasik. Atau diminta ber-pose membelakangi kanal yang di seberangnya terdapat kafe Hard-Rock Amsterdam --kafe yang menjadi simbol status bagi penggemarnya termasuk kolektor kaus, topi dan berbagai gimik. Hard Rock Cafe hadir diberbagai kota besar dunia. Gimik dengan nama kota di belakang merk dagang, seperti Hard Rock Cafe Amsterdam, Paris, Jakarta, Singapore dan sebagainya mencerminkan pemiliknya pernah berkunjung atau merasa "warga" kota dunia.

Ia pun tak keberatan ketika diminta dipotret dengan latar daun-daun yang berguguran --pertanda akhir musim gugur --yang sering digambarkan dalam suasana romantis oleh kalangan seniman-- dan menjelang musim salju. Eddy Santana tanpa ditemani Ny Eva alias Hj Tuti Alawiyah, tak keberatan diambil foto dengan latar belakang Rijk Museum yang sarat peninggalan karya seni, termasuk lukisan karya pelukis ternama asal Belanda.

Tetapi, bukan soal ingin berfoto-ria di ruang terbuka pada saat cuaca seperti ini, yang dimaksudkannya. Sepanjang perjalanan pagi itu, seraya didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan, Dharma Budi Maliki, dan staf Pemerintahan Kota Raimon Lauri Arpan, ia mengajak berdiskusi tentang tepian kanal yang dilalui.

Bukan sebatas potensi wisata dan dam sepanjang kanal, tetapi juga fungsi kanal yang mampu menampung limpahan air saat hujan dan salju mencair. Ia juga menyampaikan pengetahuan dan gagasan tentang rekayasa pengendalian debit kanal yang dikontrol melalui pintu air dan pompa raksasa.

"Kita bisa melakukan hal seperti ini. Teknologi dan pakarnya ada. Secara geografis, kontur (gambaran permukaan) kota Palembang tidak berbeda jauh dengan kota Amsterdam," kata Eddy Santana.

Suatu saat nanti, bukan tidak mungkin Sungai Sekanak atau Sungai bendung dan sungai lain di Palembang, seperti kanal di kota Amsterdam.

Boleh bermimpi. Dan bisa saja mimpi itu menjadi kenyataan. (Sutrisman Dinah)

sumber : sripoku.com

0 komentar:

Posting Komentar

Langganan